CARA BERDOA
Kehidupan
doa setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya. Bagi saudara yang baru
percaya akan berbeda kehidupan doanya dengan saudara kita yang sudah lama
karena sudah belajar untuk peningkatan kehidupan doanya.
Tetapi
tidak selalu demikian. Ada juga seorang teman saya yang baru beberapa bulan
menjadi orang percaya kehidupan doanya mengalami pertumbuhan yang cepat.
Ada
sebagian orang yang sudah lama menjadi orang percaya, tetapi tidak bisa berdoa.
Tetapi sebenarnya bukan tidak bisa berdoa. Mungkin tidak mau belajar dengan
sungguh agar bisa berdoa.
Mungkin
juga karena tidak rajin berdoa dan meminta kepada Tuhan agar dikaruniai Roh
Doa. Dengan demikian dia dapat berdoa dengan pimpinan Roh Kudus.
Sesungguhnya,
setiap orang percaya memiliki kebebasan untuk mengejar dan meningkatkan
kehidupan doa dengan cara Tuhan sendiri melalui pimpinan RohNya.
Berdoa
bukanlah pekerjaan kedagingan dengan cara kerja keras dan bersusah payah untuk
menghafal banyak kata-kata dan kalimat yang indah-indah dan berusaha tampil
untuk melantungkan doanya. Bukan demikian, saudaraku.
Kita harus
tahu bahwa berdoa berarti berkomunikasi (berbicara) dengan Tuhan. Bukan dengan
manusia. Tuhan telah mengingatkan orang-orang percaya agar doanya tidak
bertela-tele.
Doa tidak
perlu panjang-panjang dengan kata-kata yang rumit dan kalimat-kalimat panjang.
Bukan karena panjangnya dan rumitnya doa maka Tuhan mendengarkannya. Tuhan
tidak melihat itu. Tuhan melihat sikap hati kita. Tuhan melihat sikap hati kita
yang tulus, taat, dan beriman.
Bila
saudara sudah mulai berdoa, sebaiknya saudara mengucap syukur kepada Tuhan.
Saudara berdoa bukan semata-mata timbul dari keinginan saudara sendiri, tetapi
karena Tuhan telah menjamah hati saudara. Tuhan telah mengetuk pintu hati
saudara. Oleh karena itu mengucap syukurlah kepada Bapa di surga atas
lawatan-Nya.
Percayalah
dengan iman yang teguh kepada Yesus Kristus. Percayalah juga kepada firman-Nya.
Dengarkanlah suara Tuhan (Firman Tuhan) dengan percaya penuh.
Tuhan
berbicara kepada kita setiap saat melalui firman-Nya. Dengarkanlah suara Tuhan
melalui firman-Nya: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada
orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku.” (Wahyu 3:20).
Saat ini
juga Tuhan mengetuk pintu hati saudara. Bukalah hatimu, sambutlah Yesus Kristus
dalam hidupmu. Biarkan Roh Kudus berbicara melalui rohmu. Dan relakan Roh Kudus
berkarya dalam hidupmu.
Berdoalah
terus dengan ucapan syukur. Ucapkan terima kasih. Pujilah Dia. Dan muliakanlah
kebesaran namaNya. Inilah doa yang sesungguhnya.
Dalam hal
berdoa, kita dapat melihat ada sebagian orang yang dapat berdoa secara efektif,
sedangkan sebagian lagi tidak bisa demikian.
Ada
sebagian orang dapat mendengarkan suara Tuhan dengan baik, sedangkan yang lain
tidak bisa. Ada sebagian orang yang memang mengerti pikiran dan cara Tuhan
bekerja, sedangkan sebagian lainnya tidak. Ada sebagian orang yang menghabiskan
lebih banyak waktu mereka mempelajari dan meneliti firman Tuhan dari pada yang
lainnya.
Sebagian
orang mungkin lebih cepat taat kepada Tuhan dari pada yang lainnya. Sebagian
orang memiliki iman yang lebih besar dari pada yang lainnya.
Cara kita
berdoa hendaknya diupayakan agar semakin meningkat dari hari ke hari. Doa kita
pun akan semakin progresif, dan kita maju setahap demi setahap hingga masuk ke
tingkat yang lebih baik dan sesuai kehendak Tuhan.
Mungkin
kita tidak akan pernah menjadi pakar dalam hal doa. Dan Tuhan tidak pernah
menjanjikannya. Kita tidak boleh berhenti belajar untuk berkomunikasi dengan
Tuhan. Kita harus siap melangkah untuk memasuki cara yang lebih baik dalam hal
doa.
Marilah
kita pelajari beberapa cara berdoa, yang diawali dengan waktu, sikap berdoa,
dan cara berdoa, seperti diuraikan berikut ini.
Waktu
Berdoa
Semasa
kehidupan Yesus di dunia, berdoa merupakan pekerjaan yang utama bagi-Nya.
Sebagai seorang keturunan Yahudi Ia pada awalnya mengikuti kebiasaan bangsa-Nya
berdoa tiga kali sehari.
Telah
menjadi kebiasaan bangsa Yahudi berdoa tiga kali sehari, yakni pada waktu pagi,
siang dan sore atau malam hari.
Mengenai
kebiasaan berdoa ini dikatakan oleh pemazmur Daud: “TUHAN, pada waktu pagi
Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu,
dan aku menunggu-nunggu” (Mazmur 5:4).
Demikian
juga dalam Markus 1:32-35. Kemudian dikatakan dalam matius 14:22-23. Namun hal
itu hanyalah menunjukkan kedisiplinan waktu saja bahwa mereka berdoa terus
setiap hari.
Mengenai
waktu berdoa ini dinyatakan oleh rasul Paulus dengan waktu yang tidak terbatas.
Rasul Paulus lebih kepada situasi dan kebutuhan.
Bila kita
butuh berdoa karena kondisi yang harus membutuhkan pertolongan dari Tuhan, kita
tidak harus menunggu waktu yang telah ditentukan sehingga kita baru bisa
memanjatkan doa kita. Rasul Paulus menyatakan: “Siang malam kami berdoa
sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang
masih kurang pada imanmu” (1 Korintus 3:10).
Nats ini
lebih kepada penekanan kebutuhan berdoa terus menerus memohon kepada Tuhan agar
mereka diberi kesempatan segera bisa bertemu.
Demikian
juga seorang janda yang dikatakan berdoa siang malam mengajukan permohonannya
kepada Tuhan (1 Timotius 5:5).
Kehendak
Allah bagi kita adalah agar kita tetap berdoa (1 Tesalonika 5:17). Rasul Paulus
mengatakan bahwa mereka senantiasa berdoa memohon kepada Allah tentang
panggilan dan kesempurnaan iman jemaat di Tesalonika (2 Tesalonika 1:11).
Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa berdoa tidak selalu harus dibatasi dan ditentukan
oleh waktu semata. Setiap orang percaya bisa berdoa kapan saja, dan setiap
waktu. Tuhan menghendaki agar kita tetap berdoa.
Tuhan
menghendaki agar kita tetap berdoa bukan berarti berdoa secara fisikis atau
kedagingan. Pengertian tetap berdoa adalah lebih kepada hati yang terhubung
kepada Tuhan.
Sesungguhnya
hati kita harus tetap terhubung kepada Tuhan dalam artian berdoa. Berdoa
berarti hati yang terbuka dan mempersilakan Tuhan masuk dalam hati kita
sehingga Dialah yang menguasai dan memimpin hidup kita.
......
......
Sikap
Berdoa
Apakah
yang dimaksud dengan sikap? John C. Maxwel mengatakan: “Sikap adalah pembuat
perbedaan!” Sikap bukan segalanya, tetapi itu satu hal yang dapat membuat
perbedaan dalam hidup kita.
Jadi
berbagai sikap yang dinyatakan dalam kehidupan doa orang percaya adalah hal
yang menunjukkan perbedaan. Hal ini bukan berarti sikap yang satu akan lebih
baik dari pada sikap yang lainnya.
Hal ini
perlu kita bicarakan dalam pelajaran berdoa agar kita tidak terperangkap dalam
hal tata cara dan aturan berdoa. Kita harus menyadari bahwa berdoa lebih kepada
menghubungkan hati kepada Tuhan.
Allah
melihat hati kita, bukan sekedar sikap dan rawut wajah kita. Tuhan hanya
melihat hati yang terbuka dan mempersilakan Yesus Kristus masuk ke dalam hati
kita, membiarkan Dia menguasai dan
memimpin hidup kita.
-
Berdoa dengan Berdiri
Berdoa
dengan sikap berdiri tidak ada salahnya. Sikap tersebut merupakan
sikap yag umum digunakan orang baik pada zaman dulu maupun sekarang.
Dalam
alkitab dikatakan bahwa orang-orang Farisi berdoa sambil berdiri. Firman Tuhan
mengatakan, “Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka
suka mengucapkan doanya dengan beridi di rumah-rumah ibadah dan di
tikungan-tikungan jalan, supaya mreka dilihat orang” (Matius 6:5).
Mungkin
kita harus hati-hati memahami nats ini. Sikap berdoa orang Farisi yang salah
bukan kerena mereka berdoa sambil berdiri. Dalam hal ini Yesus mengingatkan
murid-murid-Nya dan kita bukan tentang sikap berdoa yang sambil berdiri, tetapi
sikap pamer di rumah ibadah dan di tikungan jalan.
Nats ini
tidak bermaksud melarang sikap doa dengan berdiri tetapi melarang sikap beroda
dengan pamer di muka umum di rumah ibadah dan tikungan jalan.
Sikap
berdoa dengan berdiri boleh dikatakan syah-syah saja. Firman Tuhan juga ada
yang mengatakan, “Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya
engkau mempunyai sesuatu (dalam hatimu) terhadap seseorang, supaya juga Bapamu
yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu” (Markus 11:5). Namun dalam hal ini,
kita juga perlu memperhatikan makna kata berdiri dalam nats di atas. Makna kata
berdiri dalam nats tersebut tidak semata-mata menyatakan sikap posisi berdiri.
Akan tetapi penggunaan kata berdiri lebih kepada menyatakan sebuah sikap
bertindak atau mengambil keputusan untuk berdoa.
Sesungguhnya
sikap berdoa dengan berdiri bukanlah hal yang mutlak harus diperhatikan. Tuhan
tidaklah semata-mata memperhatikan sikap jasmani kita pada saat kita berdoa.
Tetapi lebih kepada sikap hati. Tuhan melihat hati orang, bukan sekedar sikap
posisi jasmani kita.
-
Berdoa dengan Berlutut
Berdoa
dengan berlutut merupakan sikap yang banyak digunakan baik dalam Perjanjian Lama
maupun dalam Perjanjian Baru.
Sekarang
ini pun orang percaya banyak juga yang berdoa dengan sikap berlutut. Akan
tetapi semua sikap berdoa yang diterapkan mungkin sebaiknya disesuaikan dengan
situasi kondisi.
Tidak
perlu memaksakan diri untuk berdoa dengan berlutut di lantai yang keras hingga
tidak nyaman untuk berdoa. Lebih baik disesuaikan dengan sikap yang nyaman,
misalnya dengan sikap berdiri atau duduk sehingga bisa berdoa dengan hati yang
khusuk.
Makna kata
berlutut bisa juga bersinonim dengan sujud, atau tersungkur. Dalam Perjanjian
Lama kita dapat temukan pada waktu Ezra berdoa, “Pada waktu korban petang
bangkitalah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan
pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak, sambil menadahkan tanganku kepada
Tuhan, Allahku” (Ezra 9:5).
Dalam nats
ini Ezra menggunakan kata berlutut. Dan pemazmur Daud menggunakan kata sujud
dalam doanya, “Aku hendak sujud kea rah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu,
karena kasih-Mu dank arena setia-Mu” (Mazmur 138:2).
Lalu dalam
kitab Kejadian dikatakan bagaimana Abraham sujud mendengarkan Allah berfirman
kepadanya, “Lalu sujudlah Abraham dan Allah berfirman kepadanya: ‘Dari
pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau; engkau akan menjadi bapa sejumlah
besar bangsa” (Kejadian 17:3-4).
Berdoa
dengan sikap berlutut juga dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru. Pada saat
Petrus berdoa untuk membangkitkan Tabita dikatakan: “Petrus menyuruh mereka
semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa…” (Kisah 9:10).
Pada saat
rasul Paulus berdoa dikatakan: “Sesudah mengucapkan kata-kata ini Paulus
berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua” (Kisah Rasul 20:36).
Dan dalam
kitab Wahyu digambarkan bagaimana menyembah Allah dengan tersungkur, “Dan
keduapuluh empat tua-tua, yang di hadapan Allah di atas tahta mereka,
tersungkur dan menyembah Allah” (Wahyu 11:16).
Apapun
istilah yang digunakan, apakah itu berlutut, sujud, atau tersungkur merupakan
symbol sikap merendahkan hati yang tercermin dalam posisi berlutut, sujud, atau
tersungkur di hadapan Allah.
-
Berdoa dengan Menadahkan Tangan
Berdoa
dengan menadahkan tangan merupakan sikap berdoa yang dilakukan baik dalam
Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.
Dalam
Perjanjian Lama, pemazmur Daud menggunakan istilah menadahkan tangan,
“Demikianlah aku memuji Engkau seumur hidupku dan menadahkan tanganku demi
namamu” (Mazmur 63:5).
Menadahkan
tangan bisa bersinonim dengan mengangkat tangan, atau mengulurkan tangan. Dalam
doanya pemazmur Daud mengatakan: “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti
persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada
waktu petang” (Mazmur 141:2).
Selanjutnya
pemazmur Daud menggunakan istilah mengulurkan tangan, “Etiopia akan segera
mengulurkan tangannya kepada Allah” (Mazmur 68:32).
Dalam
Perjanjian Baru, mengenai berdoa dengan menadahkan tangan ke atas diajarkan
oleh rasul Paulus seperti dikatakannya dalam suratnya kepada Timotius: “Aku
ingin, supaya di mana-mana orang laku-laki berdoa dengan menadahkan tangannya
yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan” (1 Timotius 2:8).
Apapun
istilah yang digunakan, apakah itu menadahkan tangan, mengangkat tangan, atau
mengulurkan tangan merupakan suatu symbol yang menyatakan sikap percaya dan
pengharapan yang kokoh kepada Allah.
Setiap orang
yang berdoa dengan sikap tersebut berarti dia menggambarkan penyembahan,
kepasrahan, dan pengharapannyanya kepada Allah sebagai Oknum Yang Maha Kuasa
dan sumber segala kebutuhan manusia.
Berdoa
dengan Tekun
Apakah
gerangan yang dimaksud dengan berdoa dengan tekun? Tekun berarti tidak
jemu-jemu. Dilakukan senantiasa secara
berkesinambungan.
Perlu kita
perhatikan bahwa bertekun dalam doa bukanlah sebuah anjuran, tetapi sebuah
perintah. Rasul Paulus memberi perintah dalam suratnya kepada jemaat di Kolose:
“Bertekunlah dalam doa! Berjaga-jagalah dan ucaplah syukur” (Kolose 4:2).
Bertekunlah
dalam doa! Perhatikan dengan adanya tanda seru (!) menunjukkan sebuah perintah.
Artinya bahwa kita tidak boleh lepas dari doa dalam hidup ini. Apalagi bila
kita sedang dlam keadaan menderita atau menghadapi masalah.
Hidup di
dunia ini adalah penderitaan. Oleh kaena itu kita harus senantiasa berdoa.
Rasul Yakobus mengingatkan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita,
baiklah ia berdoa! …” (Yakobus 5:13). Memang kita tidak boleh lepas dari doa.
Bila kita
melihat kembali pengalaman para murid setelah guru mereka meninggalkan mereka
karena Yesus naik ke surga. Mereka merasa kehilangan karena tidak ada lagi guru
yang mendampingi mereka.
Mereka
mengingat perintah Yesus agar mereka tidak meninggalkan Yerusalem sampai mereka
diperlengkapi dengan kuasa dari surga.
Untuk
menantikan kuasa yang dijanjikan itu maka mereka berdoa dengan tekun, seperti
dikatakan dalam Kisah Rasul: “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa
bersama-sama, …” (Kisal Rasul-rasul 1:14).
Rasul
Paulus mengajarkan kepada setiap jemaat yang ia gembalakan akan pentingnya doa.
Dia tahu bahwa tanpa doa kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Doa
merupakan senjata ampuh dalam perjuangan anak-anak Tuhan melawan kuasa
kegelapan. Kita tidak hanya membutuhkan senjata Pedang Roh (Firman Tuhan)
tetapi juga Doa Roh (Doa di dalam Roh).
Dengan
demikianlah kita akan dpat mengalahkan musuh. Dalam suratnya kepada setiap
jemaat gembalaannya ia meminta agar mereka berdoa senantiasa: “…Berdoalah
setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu …” (Efesus
6:18).
Berdoa
dengan tekun dpat diartikan berdoa dengan bersungguh-sungguh. Mengenai hal ini
dpat kita lihat seperti yang telah dilakukan oleh Yesus pada saat Dia berdoa di
Taman Getsemani. “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa.
Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas
22:44).
Pengertian
mengenai berdoa dengan tekun telah diungkapkan oleh rasul Paulus dengan
ungkapan yang bervariasi dalam setiap suratnya dengan maksud dan tujuan yang
sama. dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia mengatakan: “Dan setiap kali
aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita” (Filipi 1:4).
Setiap
kali berdoa berarti berdoa dengan tekun, atau berdoa dengan sungguh-sungguh.
Dalam suratnya kepada Timotius, ia mengatakan: “… doa siang malam” (1 Timotius
5:5).
Dalam
suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, ia mengatakan: “Tetaplah
berdoa” (1 Tesalonika 5:17). Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di
Tesalonika, ia mengatakan: “…senantiasa berdoa…” (2 Tesalonika 1:11). Dapat
dikatakan bahwa berdoa dengan tekun berarti beroda dengan sungguh-sungguh,
berdoa setiap kali, berdoa siang malam, tetap berdoa, dan senantiasa berdoa.
Berdoa
dengan Berpuasa
Sebelumnya
telah dijelaskan apa itu berdoa. Sekarang kita perlu juga mengetahui apa itu
berpuasa agar kita bisa lebih jelas mengapa kita harus berpuasa dan berdoa.
Berpuasa
dalam artian sesungguhnya adalah penyataan penyesalan atas segala kesalahan-
kita, dan wujud pertobatan kita kepada Allah. Berpuasa
bukan secara lahiriah semata yang harus dipertontonkan dan dipamerkan kepada
orang lain.
Hubungan
yang erat antara doa dan puasa banyak kita temukan dalam Perjanjian Lama. Pada
masa ini orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan dan kewajiban berpausa pada masa
tertentu, seperti pada hari perayaan pendamaian, atau pada saat ada kejadian
luar biasa dalam hidup mereka. mengenai hal ini ada tertulis dalam 1 Samuel
7:6; dan 2 Samuel 12:21.
Dalam kitab
Yoel dapat kita lihat bahwa berpuasa itu merupakan suatu perintah: “ADakanlah
puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan
seluruh penduduk negeri ke rumah Tuhan, Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan”
(Yoel 1:14).
Pemazmur
Daud juga melakukan doa dan puasa ketika dia beroda untuk orang-orang sakit:
“Tetapi aku,m ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa
diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku” (Mazmur 35:13).
Dalam
zaman Perjanjian Baru pun kita masih bisa menemukan kegiatan berpuasa. Yesus
sendiri pun pernah berpuasa di padang gurun selama empatpuluh hari (lht Matius
4:1-11).
Walaupun
setelah kejadian itu Yesus tidak pernah lagi disebutkan bahwa Dia berpuasa.
Yesus tidak pernah melarang orang atau murid-murid-Nya
berpuasa walaupun Dia pernah membantah orang Farisi ketika mereka mengajukan
protes bahwa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa tetapi
murid-murid Yesus tidak berpuasa.
Yesus
mengatakan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu berpuasa selama kehadiran-Nya
bersama mereka (lht Markus 2:18-22; Matius 9:14-17; Lukas 5:33-39).
Dalam
kitab Rasul-rasul juga masih ditemukan adanya kegiatan berdoa dan berpuasa.
Jemaat di Antiokhia berpuasa dan berdoa pada waktu Paulus dan Barnabas diutus
untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir.
“Pada
suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh
Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah
Kutentukan bagi mereka.”
Maka
berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua
orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi” (Kisah Rasul 13:2-3).
Demikian
juga pada saat rasul-rasul menetapkan penatua-penatua jemaat, seperti di
Listra, Ikonium, dan Antiokhia. Mereka berdoa dan berpuasa dan menyerahkan
penatua-penatua itu kepada Tuhan. (lht Kisah Rasul 14:23).
Dalam
ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya bahwa puasa dan doa sangat berkaitan erat.
Puasa merupakan kekuatan ekstra bagi tercapainya sasaran doa.
Pada waktu
murid-murid mengalami kegagalan mengusir setan dari seorang yang sakit ayan.
Para murid bertanya kepada Yesus tentang kegagalan mereka. Yesus mengatakan
kepada mereka bahwa selain mereka masih kurang iman, mereka juga dianjurkan
untuk berpuasa untuk memperoleh kekuatan ekstra. “Jenis ini tidak dapat diusir
keuali dengan berdoa dan berpuasa” (Matius 17:21).
Berdoa
Dengan Akal Budi
Mengetahui
tentang doa sesungguhnya tidak cukup untuk bisa melakukan komunikasi dengan
Tuhan. Kita juga harus mengetahui cara berdoa.
Ada cara
berdoa yang berlaku secara umum, namun sebaiknya kita mengetahui cara berdoa
secara individu karena kita melakukan hubungan intim dan dinamis dengan Tuhan
secara pribadi.
Apakah
yang dimaksud dengan berdoa dengan akal budi? Untuk menjawab pertanyaan ini
kita harus memahami terlebih dahulu apa itu berdoa, dan akal budi. Berdoa
berarti melakukan komunikasi (berbicara) dengan Tuhan.
Akal budi
merupakan perpaduan antara pikiran dan hati yang telah ditundukkan di bawah
kuasa Roh. Berdoa dengan akal budi berarti berkomunikasi (berbicara) dengan
Tuhan dengan menggunakan pikiran dan hati kita yang telah tunduk di bawah
otoritas Roh.
Sesungguhnya,
manusia bisa berdoa dengan tuntunan Roh Kudus, tetapi bisa juga berdoa dengan
akal budi. Seperti dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 14:15: “Jadi, apakah
yang harus kubuat?
Aku akan
berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan
menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga
dengan akal budiku.”
Dalam
proses kegiatan berdoa, ada dua hal yang selalu bekerja sama, yakni akal budi
dan roh. Akal budi memberikan pengertian kepada kita sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh roh kita kepada akal budi kita setelah roh kita tersebut
memperoleh pesan dari Tuhan.
Roh kita
yang terhubung dengan hati kita berkomunikasi kepada Tuhan. Misalnya, bila kita
mendengar suara Tuhan (membaca firman Tuhan), pikiran kitalah yang bisa
memahaminya, lalu akal budi kita menyampaikan pemahaman tersebut kepada roh
kita melalui hati, lalu roh kita menyampaikannya kepada Tuhan.
Sebagai
contoh, kita mendengar (membaca) firman Tuhan: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu
dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu,
Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).
Pikiran
kita berusaha memahami firman Tuhan tersebut. Lalu disampaikan kepada roh kita
melalui hati kita, lalu roh kita berkomunikasi dengan Tuhan, memberi respon
bahwa kita mendengar ketukan-Nya di hati kita. Dan kita membuka pintu hati kita
dan mempersilahkan Tuhan masuk dalam hidup kita, dan seterusnya.
Ketika
kita melihat sebuah situasi atau kondisi di sekitar kita. Misalnya, kita
melihat sesorang yang sedang sakit. Pikiran kita berusaha memahami keadaan dan
kebutuhan orang tersebut. Lalu akal budi kita mengambil sikap berdoa.
Mengkomunikasikannya kepada Tuhan melalui roh kita.
Roh
manusia merupakan pusat komunikasi manusia dengan Tuhan. Seperti firman Tuhan
katakan: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya
dalam Roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24).
Berdoa
Dalam Roh
Apakah
yang dimaksud berdoa di dalam Roh? Berdoa di dalam Roh berarti berserah diri
kepada Tuhan, dan merelakan Roh Kudus memimpin kita dalam doa. Hingga
empatpuluh lima tahun saya menjadi Kristen belum pernah rasanya berdoa dalam
Roh.
Setelah
saya lahir baru pada tahun 2007 saya semakin belajar mengenal Roh Kudus, dan
berusaha berjalan dan bertindak di dalam Roh.
Berdasarkan
kehidupan yang saya jalani saya yakin bahwa banyak orang Kristen yang tidak
bisa berdoa di dalam Roh. Karena tidak mungkin seseorang bisa berdoa di dalam
Roh jika ia belum mengenal dan memahami benar-benar apa Roh Kudus itu.
Dan
bagaimana menjalani hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Berdoa di dalam Roh berarti
berdoa mengikuti kehendak Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus dalam hati kita. kita
harus bisa menyangkal diri kita.
Kita tidak
boleh semata-mata mengikuti pikiran dan kehendak kita sendiri mengenai apa yang
akan kita doakan. Kita harus fokus dan menunggu pimpinan Roh Kudus yang
memberikan dalam hati kita apa yang akan kita doakan.
Dalam hal
inilah kita perlu mencari hadirat Tuhan, diam dalam hadirat-Nya hingga Dia
melalui Roh Kudus berbicara melalui hati kita tentang apa yang akan kita
doakan.
Memahami
Firman Tuhan merupakan faktor utama bagi setiap orang percaya agar mengetahui apa
yang harus dilakukan yang sesuai dengan kehdnaknya. Dalam suratnya kepada
jemaat di Efesus, Rasul Paulus mengatakan: “dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah
setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan
permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus,” (Efesus 6:18).
Dalam
nats tersebut jelas bahwa setiap orang percaya diperintahkan agar selain berdoa
setiap saat, juga hrus berdoa dalam Roh. Kita perlu dan harus berdoa di dalam
Roh. Mengapa?
Karena
kita tidak tahu kehendak Tuhan. Dan Tuhan lebih tahu tentang kita dan segala
keperluan kita. Jika kita berdoa dengan memanjatkan dalam doa kita apa yang
kita kehendaki, apa yang kita pikirkan pada hal belum tentu hal itu menjadi
kebaikan bagi kita. Maka pastilah Tuhan tidak akan mengindahkannya.
Tuhan
menghendaki hidup kita baik dan berkenan di hadapan-Nya. Dengan demikian Ia
selalu memberikan yang terbaik bagi kita sesuai kehendak-Nya. Yang baik menurut
Dia, bukan menurut pikiran kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mencari
kehendak Tuhan.
Kita
hanya dapat mengetahui kehendak Tuhan melalui tuntunan Roh Kudus, dan melalui
Firman Tuhan yang bisa kita peroleh dari Alkitab.
Apakah
kegiatan doa anda telah mengubah hidup dan kehidupan anda? Bila jawaban anda
secra jujur mengatakan ‘belum’, hal itu menunjukkan bahwa anda perlu belajar
dan berdoa dalam Roh.
Kita
sering kali menghabiskan waktu berdoa kepada kepada Tuhan dengan menyampaikan
kepada Tuhan semua urusan dan persoalan pribadi kita. Mungkin saja hal itu
tidak salah.
Setiap
orang bisa saja dengan bebas menyampaikan keluhannya kepada Tuhan. Akan tetapi
jika kita menyadari apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa sebalum kita meminta
kepada-Nya, Dia telah mengetahui segala keperluan kita. Dia tahu persis segala
persoalan kita.
Hal
yang perlu kita lakukan adalah menyatakan kepada Tuhan kepercayaan kita
kepada-Nya. Kesediaan hati kita untuk mendengarkan Dia tentang apa yang perlu
kita lakukan untuk mencapai kehendak-Nya dalam hidup kita. kita hanya dapat
mengetahui semuanya itu jika kita mau mendengarkan Dia berbicara kepada kita
dalam Roh. Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk berdoa di dalam Roh.
Berdoa
Firman
Apakah
yang dimaksud dengan berdoa Firman? Berdoa Firman berarti mengutip Firman Tuhan
dari Alkitab untuk dijadikan dasar doa kita. Firman Tuhan mengandung kehendak
Tuhan, dan banyak mengandung janji-janji Tuhan yang disampaikan dan akan
digenapi bagi umat-Nya.
Jika kita
percaya bahwa Firman Tuhan adalah pernyataan Tuhan tentang kehendak-Nya dan
janji-janji-Nya yang pasti akan digenapi bagi umat-Nya berarti kita pun harus
percaya bahwa doa kita yang kita sampaikan dengan dasar Firman Tuhan pasti akan
dikabulkan karena hal itu merupakan kehendak-Nya.
Dalam hal
ini kita perlu mempelajari Firman Tuhan, memahami dan menghafalkannya serta
mempercayainya sehingga kita bisa berdoa sesuai kata-kata dan kalimat Firman
Tuhan tersebut.
Kita
berdoa sembari mengatakan, “Ya Tuhan, Firman-Mu dalam (sebutkan judul kitab
yang anda kutip) mengatakan (sebutkan yayat yang adan kutip), dan saya sungguh
mempercayainya.”
Dengan
cara ini, doa anda akan terarah karena berdasar pada Firman Tuhan, bukan
pikiran atau kehendak kita sendiri. Dengan penuh percaya doa kita pasti dijawab
oleh Tuhan karena hal itu merupakan kehendaknya bagi kita.
Bila anda
atau seseorang yang anda kasihi mengalami sakit, sebut saja namanya si Mary,
maka anda dapat mendoakannya dengan mengutip 1 Petrus 2:24: “Ia sendiri telah
memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah
mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah
sembuh.”
Kita dapat
berdoa dengan dasar ayat Firman Tuhan ini dengan mengatakan: “Ya Tuhan aku
percaya akan Firman-Mu. Engkau sendiri telah memikul dosa Mary di dalam tubuhMu
di kayu salib, supaya Mary, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Mu Mary telah sembuh. Dalam nama Tuhan, Yesus
Kristus, Mary yang Engkau kasihi telah menerima kesembuhan. Amin.
Kita patut
bersyukur kepada Allah atas Firman-Nya yang dikauruniakan kepada kita. Allah
memberikan Firman-Nya kepada kita untuk menuntun kita dan memberi kita semangat
yang menguatkan kita menjalani kehidupan kita hari demi hari. Firman Tuhan yang
telah disediakan dalam Alkitab yang bisa kit baca dan pelajari telah disediakan
Tuhan sebagai solusi atas segala persoalan yang kita hadapi, dan tuntunan bagi
orang percaya dalam pengenalan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita.
Kita harus
mempelajari dan menghafalkan Firman Tuhan sehingga kita akan dengan mudah
menerapkannya dalam setiap saat diperlukan dalam hidup kita. bila kita
menyadari bahwa Firman Tuhan adalah pedang Roh, salah satu senjata rohani utama
kita yang dapat kita gunakan untuk melawan dan melumpuhkan musuh (iblis) yang
selalu berusaha mengancam kita.
Setiap
saat, musuh kita si iblis berusaha mengganggu dan mengancam kita dengan
berbagai cara dan tipu muslihatnya. Si musuh bisa saja melontarkan gangguan
atau ancaman berupa penyakit, kesukaran, kekawatiran, tekanan, ketakutan,
keputus asaan, dan berbagai masalah lainnya.
Kita tidak
bisa melawannya dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus melawannya dengan
menggunakan senjata rohani kita, pedang Roh (firman Tuhan).
Kita harus
memahami dan menghafalkannya sehingga kita dengan terampil bisa menggunakannya
untuk mengalahkan musuh. Berdoa dengan firman Tuhan kita pasti bisa mengalahkan
musuh dan mengatasi segala persoalan dalam hidup kita.
*****
Doa kami tulisan yang kami sajikan ini menjadi berkat bagi
saudara.
Terima kasih, saudara
telah membaca tulisan
yang disajikan oleh Ev. Heldin
Manurung dalam website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!