google-site-verification: googlee10025ebf65670c5.html 0812.8337.2796 CARA BERDOA - Heldin Manurung: 5

5

CARA BERDOA



Kehidupan doa setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya. Bagi saudara yang baru percaya akan berbeda kehidupan doanya dengan saudara kita yang sudah lama karena sudah belajar untuk peningkatan kehidupan doanya.

Tetapi tidak selalu demikian. Ada juga seorang teman saya yang baru beberapa bulan menjadi orang percaya kehidupan doanya mengalami pertumbuhan yang cepat.

Ada sebagian orang yang sudah lama menjadi orang percaya, tetapi tidak bisa berdoa. Tetapi sebenarnya bukan tidak bisa berdoa. Mungkin tidak mau belajar dengan sungguh agar bisa berdoa.

Mungkin juga karena tidak rajin berdoa dan meminta kepada Tuhan agar dikaruniai Roh Doa. Dengan demikian dia dapat berdoa dengan pimpinan Roh Kudus.

Sesungguhnya, setiap orang percaya memiliki kebebasan untuk mengejar dan meningkatkan kehidupan doa dengan cara Tuhan sendiri melalui pimpinan RohNya.

Berdoa bukanlah pekerjaan kedagingan dengan cara kerja keras dan bersusah payah untuk menghafal banyak kata-kata dan kalimat yang indah-indah dan berusaha tampil untuk melantungkan doanya. Bukan demikian, saudaraku.

Kita harus tahu bahwa berdoa berarti berkomunikasi (berbicara) dengan Tuhan. Bukan dengan manusia. Tuhan telah mengingatkan orang-orang percaya agar doanya tidak bertela-tele.

Doa tidak perlu panjang-panjang dengan kata-kata yang rumit dan kalimat-kalimat panjang. Bukan karena panjangnya dan rumitnya doa maka Tuhan mendengarkannya. Tuhan tidak melihat itu. Tuhan melihat sikap hati kita. Tuhan melihat sikap hati kita yang tulus, taat, dan beriman.

Bila saudara sudah mulai berdoa, sebaiknya saudara mengucap syukur kepada Tuhan. Saudara berdoa bukan semata-mata timbul dari keinginan saudara sendiri, tetapi karena Tuhan telah menjamah hati saudara. Tuhan telah mengetuk pintu hati saudara. Oleh karena itu mengucap syukurlah kepada Bapa di surga atas lawatan-Nya.

Percayalah dengan iman yang teguh kepada Yesus Kristus. Percayalah juga kepada firman-Nya. Dengarkanlah suara Tuhan (Firman Tuhan) dengan percaya penuh.

Tuhan berbicara kepada kita setiap saat melalui firman-Nya. Dengarkanlah suara Tuhan melalui firman-Nya: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).

Saat ini juga Tuhan mengetuk pintu hati saudara. Bukalah hatimu, sambutlah Yesus Kristus dalam hidupmu. Biarkan Roh Kudus berbicara melalui rohmu. Dan relakan Roh Kudus berkarya dalam hidupmu.

Berdoalah terus dengan ucapan syukur. Ucapkan terima kasih. Pujilah Dia. Dan muliakanlah kebesaran namaNya. Inilah doa yang sesungguhnya.

Dalam hal berdoa, kita dapat melihat ada sebagian orang yang dapat berdoa secara efektif, sedangkan sebagian lagi tidak bisa demikian.

Ada sebagian orang dapat mendengarkan suara Tuhan dengan baik, sedangkan yang lain tidak bisa. Ada sebagian orang yang memang mengerti pikiran dan cara Tuhan bekerja, sedangkan sebagian lainnya tidak. Ada sebagian orang yang menghabiskan lebih banyak waktu mereka mempelajari dan meneliti firman Tuhan dari pada yang lainnya.

Sebagian orang mungkin lebih cepat taat kepada Tuhan dari pada yang lainnya. Sebagian orang memiliki iman yang lebih besar dari pada yang lainnya.

Cara kita berdoa hendaknya diupayakan agar semakin meningkat dari hari ke hari. Doa kita pun akan semakin progresif, dan kita maju setahap demi setahap hingga masuk ke tingkat yang lebih baik dan sesuai kehendak Tuhan.

Mungkin kita tidak akan pernah menjadi pakar dalam hal doa. Dan Tuhan tidak pernah menjanjikannya. Kita tidak boleh berhenti belajar untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Kita harus siap melangkah untuk memasuki cara yang lebih baik dalam hal doa.

Marilah kita pelajari beberapa cara berdoa, yang diawali dengan waktu, sikap berdoa, dan cara berdoa, seperti diuraikan berikut ini.


Waktu Berdoa

Semasa kehidupan Yesus di dunia, berdoa merupakan pekerjaan yang utama bagi-Nya. Sebagai seorang keturunan Yahudi Ia pada awalnya mengikuti kebiasaan bangsa-Nya berdoa tiga kali sehari.

Telah menjadi kebiasaan bangsa Yahudi berdoa tiga kali sehari, yakni pada waktu pagi, siang dan sore atau malam hari.

Mengenai kebiasaan berdoa ini dikatakan oleh pemazmur Daud: “TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu” (Mazmur 5:4).

Demikian juga dalam Markus 1:32-35. Kemudian dikatakan dalam matius 14:22-23. Namun hal itu hanyalah menunjukkan kedisiplinan waktu saja bahwa mereka berdoa terus setiap hari.

Mengenai waktu berdoa ini dinyatakan oleh rasul Paulus dengan waktu yang tidak terbatas. Rasul Paulus lebih kepada situasi dan kebutuhan.

Bila kita butuh berdoa karena kondisi yang harus membutuhkan pertolongan dari Tuhan, kita tidak harus menunggu waktu yang telah ditentukan sehingga kita baru bisa memanjatkan doa kita. Rasul Paulus menyatakan: “Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu” (1 Korintus 3:10).

Nats ini lebih kepada penekanan kebutuhan berdoa terus menerus memohon kepada Tuhan agar mereka diberi kesempatan segera bisa bertemu.

Demikian juga seorang janda yang dikatakan berdoa siang malam mengajukan permohonannya kepada Tuhan (1 Timotius 5:5).

Kehendak Allah bagi kita adalah agar kita tetap berdoa (1 Tesalonika 5:17). Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka senantiasa berdoa memohon kepada Allah tentang panggilan dan kesempurnaan iman jemaat di Tesalonika (2 Tesalonika 1:11).

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa berdoa tidak selalu harus dibatasi dan ditentukan oleh waktu semata. Setiap orang percaya bisa berdoa kapan saja, dan setiap waktu. Tuhan menghendaki agar kita tetap berdoa.

Tuhan menghendaki agar kita tetap berdoa bukan berarti berdoa secara fisikis atau kedagingan. Pengertian tetap berdoa adalah lebih kepada hati yang terhubung kepada Tuhan.

Sesungguhnya hati kita harus tetap terhubung kepada Tuhan dalam artian berdoa. Berdoa berarti hati yang terbuka dan mempersilakan Tuhan masuk dalam hati kita sehingga Dialah yang menguasai dan memimpin hidup kita.  
......


Sikap Berdoa

Apakah yang dimaksud dengan sikap? John C. Maxwel mengatakan: “Sikap adalah pembuat perbedaan!” Sikap bukan segalanya, tetapi itu satu hal yang dapat membuat perbedaan dalam hidup kita.

Jadi berbagai sikap yang dinyatakan dalam kehidupan doa orang percaya adalah hal yang menunjukkan perbedaan. Hal ini bukan berarti sikap yang satu akan lebih baik dari pada sikap yang lainnya.

Hal ini perlu kita bicarakan dalam pelajaran berdoa agar kita tidak terperangkap dalam hal tata cara dan aturan berdoa. Kita harus menyadari bahwa berdoa lebih kepada menghubungkan hati kepada Tuhan.

Allah melihat hati kita, bukan sekedar sikap dan rawut wajah kita. Tuhan hanya melihat hati yang terbuka dan mempersilakan Yesus Kristus masuk ke dalam hati kita,  membiarkan Dia menguasai dan memimpin hidup kita.

-          Berdoa dengan Berdiri
Berdoa dengan sikap berdiri tidak ada salahnya. Sikap tersebut merupakan sikap yag umum digunakan orang baik pada zaman dulu maupun sekarang.

Dalam alkitab dikatakan bahwa orang-orang Farisi berdoa sambil berdiri. Firman Tuhan mengatakan, “Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan beridi di rumah-rumah ibadah dan di tikungan-tikungan jalan, supaya mreka dilihat orang” (Matius 6:5).

Mungkin kita harus hati-hati memahami nats ini. Sikap berdoa orang Farisi yang salah bukan kerena mereka berdoa sambil berdiri. Dalam hal ini Yesus mengingatkan murid-murid-Nya dan kita bukan tentang sikap berdoa yang sambil berdiri, tetapi sikap pamer di rumah ibadah dan di tikungan jalan.

Nats ini tidak bermaksud melarang sikap doa dengan berdiri tetapi melarang sikap beroda dengan pamer di muka umum di rumah ibadah dan tikungan jalan.

Sikap berdoa dengan berdiri boleh dikatakan syah-syah saja. Firman Tuhan juga ada yang mengatakan, “Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya engkau mempunyai sesuatu (dalam hatimu) terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu” (Markus 11:5). Namun dalam hal ini, kita juga perlu memperhatikan makna kata berdiri dalam nats di atas. Makna kata berdiri dalam nats tersebut tidak semata-mata menyatakan sikap posisi berdiri. Akan tetapi penggunaan kata berdiri lebih kepada menyatakan sebuah sikap bertindak atau mengambil keputusan untuk berdoa.

Sesungguhnya sikap berdoa dengan berdiri bukanlah hal yang mutlak harus diperhatikan. Tuhan tidaklah semata-mata memperhatikan sikap jasmani kita pada saat kita berdoa. Tetapi lebih kepada sikap hati. Tuhan melihat hati orang, bukan sekedar sikap posisi jasmani kita.


-          Berdoa dengan Berlutut

Berdoa dengan berlutut merupakan sikap yang banyak digunakan baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.

Sekarang ini pun orang percaya banyak juga yang berdoa dengan sikap berlutut. Akan tetapi semua sikap berdoa yang diterapkan mungkin sebaiknya disesuaikan dengan situasi kondisi.

Tidak perlu memaksakan diri untuk berdoa dengan berlutut di lantai yang keras hingga tidak nyaman untuk berdoa. Lebih baik disesuaikan dengan sikap yang nyaman, misalnya dengan sikap berdiri atau duduk sehingga bisa berdoa dengan hati yang khusuk.

Makna kata berlutut bisa juga bersinonim dengan sujud, atau tersungkur. Dalam Perjanjian Lama kita dapat temukan pada waktu Ezra berdoa, “Pada waktu korban petang bangkitalah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak, sambil menadahkan tanganku kepada Tuhan, Allahku” (Ezra 9:5).

Dalam nats ini Ezra menggunakan kata berlutut. Dan pemazmur Daud menggunakan kata sujud dalam doanya, “Aku hendak sujud kea rah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, karena kasih-Mu dank arena setia-Mu” (Mazmur 138:2).

Lalu dalam kitab Kejadian dikatakan bagaimana Abraham sujud mendengarkan Allah berfirman kepadanya, “Lalu sujudlah Abraham dan Allah berfirman kepadanya: ‘Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau; engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kejadian 17:3-4).

Berdoa dengan sikap berlutut juga dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru. Pada saat Petrus berdoa untuk membangkitkan Tabita dikatakan: “Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa…” (Kisah 9:10).

Pada saat rasul Paulus berdoa dikatakan: “Sesudah mengucapkan kata-kata ini Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua” (Kisah Rasul 20:36).

Dan dalam kitab Wahyu digambarkan bagaimana menyembah Allah dengan tersungkur, “Dan keduapuluh empat tua-tua, yang di hadapan Allah di atas tahta mereka, tersungkur dan menyembah Allah” (Wahyu 11:16).

Apapun istilah yang digunakan, apakah itu berlutut, sujud, atau tersungkur merupakan symbol sikap merendahkan hati yang tercermin dalam posisi berlutut, sujud, atau tersungkur di hadapan Allah.


-          Berdoa dengan Menadahkan Tangan

Berdoa dengan menadahkan tangan merupakan sikap berdoa yang dilakukan baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, pemazmur Daud menggunakan istilah menadahkan tangan, “Demikianlah aku memuji Engkau seumur hidupku dan menadahkan tanganku demi namamu” (Mazmur 63:5).

Menadahkan tangan bisa bersinonim dengan mengangkat tangan, atau mengulurkan tangan. Dalam doanya pemazmur Daud mengatakan: “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang” (Mazmur 141:2).

Selanjutnya pemazmur Daud menggunakan istilah mengulurkan tangan, “Etiopia akan segera mengulurkan tangannya kepada Allah” (Mazmur 68:32).

Dalam Perjanjian Baru, mengenai berdoa dengan menadahkan tangan ke atas diajarkan oleh rasul Paulus seperti dikatakannya dalam suratnya kepada Timotius: “Aku ingin, supaya di mana-mana orang laku-laki berdoa dengan menadahkan tangannya yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan” (1 Timotius 2:8).

Apapun istilah yang digunakan, apakah itu menadahkan tangan, mengangkat tangan, atau mengulurkan tangan merupakan suatu symbol yang menyatakan sikap percaya dan pengharapan yang kokoh kepada Allah.

Setiap orang yang berdoa dengan sikap tersebut berarti dia menggambarkan penyembahan, kepasrahan, dan pengharapannyanya kepada Allah sebagai Oknum Yang Maha Kuasa dan sumber segala kebutuhan manusia.

Berdoa dengan Tekun

Apakah gerangan yang dimaksud dengan berdoa dengan tekun? Tekun berarti tidak jemu-jemu. Dilakukan senantiasa secara berkesinambungan.

Perlu kita perhatikan bahwa bertekun dalam doa bukanlah sebuah anjuran, tetapi sebuah perintah. Rasul Paulus memberi perintah dalam suratnya kepada jemaat di Kolose: “Bertekunlah dalam doa! Berjaga-jagalah dan ucaplah syukur” (Kolose 4:2).

Bertekunlah dalam doa! Perhatikan dengan adanya tanda seru (!) menunjukkan sebuah perintah. Artinya bahwa kita tidak boleh lepas dari doa dalam hidup ini. Apalagi bila kita sedang dlam keadaan menderita atau menghadapi masalah.

Hidup di dunia ini adalah penderitaan. Oleh kaena itu kita harus senantiasa berdoa. Rasul Yakobus mengingatkan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! …” (Yakobus 5:13). Memang kita tidak boleh lepas dari doa.

Bila kita melihat kembali pengalaman para murid setelah guru mereka meninggalkan mereka karena Yesus naik ke surga. Mereka merasa kehilangan karena tidak ada lagi guru yang mendampingi mereka.

Mereka mengingat perintah Yesus agar mereka tidak meninggalkan Yerusalem sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa dari surga.

Untuk menantikan kuasa yang dijanjikan itu maka mereka berdoa dengan tekun, seperti dikatakan dalam Kisah Rasul: “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, …” (Kisal Rasul-rasul 1:14).

Rasul Paulus mengajarkan kepada setiap jemaat yang ia gembalakan akan pentingnya doa. Dia tahu bahwa tanpa doa kita tidak dapat berbuat apa-apa.

Doa merupakan senjata ampuh dalam perjuangan anak-anak Tuhan melawan kuasa kegelapan. Kita tidak hanya membutuhkan senjata Pedang Roh (Firman Tuhan) tetapi juga Doa Roh (Doa di dalam Roh).

Dengan demikianlah kita akan dpat mengalahkan musuh. Dalam suratnya kepada setiap jemaat gembalaannya ia meminta agar mereka berdoa senantiasa: “…Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu …” (Efesus 6:18).

Berdoa dengan tekun dpat diartikan berdoa dengan bersungguh-sungguh. Mengenai hal ini dpat kita lihat seperti yang telah dilakukan oleh Yesus pada saat Dia berdoa di Taman Getsemani. “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

Pengertian mengenai berdoa dengan tekun telah diungkapkan oleh rasul Paulus dengan ungkapan yang bervariasi dalam setiap suratnya dengan maksud dan tujuan yang sama. dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia mengatakan: “Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita” (Filipi 1:4).

Setiap kali berdoa berarti berdoa dengan tekun, atau berdoa dengan sungguh-sungguh. Dalam suratnya kepada Timotius, ia mengatakan: “… doa siang malam” (1 Timotius 5:5).

Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, ia mengatakan: “Tetaplah berdoa” (1 Tesalonika 5:17). Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Tesalonika, ia mengatakan: “…senantiasa berdoa…” (2 Tesalonika 1:11). Dapat dikatakan bahwa berdoa dengan tekun berarti beroda dengan sungguh-sungguh, berdoa setiap kali, berdoa siang malam, tetap berdoa, dan senantiasa berdoa.


Berdoa dengan Berpuasa

Sebelumnya telah dijelaskan apa itu berdoa. Sekarang kita perlu juga mengetahui apa itu berpuasa agar kita bisa lebih jelas mengapa kita harus berpuasa dan berdoa.

Berpuasa dalam artian sesungguhnya adalah penyataan penyesalan atas segala kesalahan- kita, dan wujud pertobatan kita kepada Allah. Berpuasa bukan secara lahiriah semata yang harus dipertontonkan dan dipamerkan kepada orang lain.

Hubungan yang erat antara doa dan puasa banyak kita temukan dalam Perjanjian Lama. Pada masa ini orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan dan kewajiban berpausa pada masa tertentu, seperti pada hari perayaan pendamaian, atau pada saat ada kejadian luar biasa dalam hidup mereka. mengenai hal ini ada tertulis dalam 1 Samuel 7:6; dan 2 Samuel 12:21.

Dalam kitab Yoel dapat kita lihat bahwa berpuasa itu merupakan suatu perintah: “ADakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah Tuhan, Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan” (Yoel 1:14).

Pemazmur Daud juga melakukan doa dan puasa ketika dia beroda untuk orang-orang sakit: “Tetapi aku,m ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku” (Mazmur 35:13).

Dalam zaman Perjanjian Baru pun kita masih bisa menemukan kegiatan berpuasa. Yesus sendiri pun pernah berpuasa di padang gurun selama empatpuluh hari (lht Matius 4:1-11).

Walaupun setelah kejadian itu Yesus tidak pernah lagi disebutkan bahwa Dia berpuasa. Yesus tidak pernah melarang orang atau murid-murid-Nya berpuasa walaupun Dia pernah membantah orang Farisi ketika mereka mengajukan protes bahwa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa tetapi murid-murid Yesus tidak berpuasa.

Yesus mengatakan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu berpuasa selama kehadiran-Nya bersama mereka (lht Markus 2:18-22; Matius 9:14-17; Lukas 5:33-39).

Dalam kitab Rasul-rasul juga masih ditemukan adanya kegiatan berdoa dan berpuasa. Jemaat di Antiokhia berpuasa dan berdoa pada waktu Paulus dan Barnabas diutus untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir.

“Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.”

Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi” (Kisah Rasul 13:2-3).

Demikian juga pada saat rasul-rasul menetapkan penatua-penatua jemaat, seperti di Listra, Ikonium, dan Antiokhia. Mereka berdoa dan berpuasa dan menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan. (lht Kisah Rasul 14:23).

Dalam ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya bahwa puasa dan doa sangat berkaitan erat. Puasa merupakan kekuatan ekstra bagi tercapainya sasaran doa.

Pada waktu murid-murid mengalami kegagalan mengusir setan dari seorang yang sakit ayan. Para murid bertanya kepada Yesus tentang kegagalan mereka. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa selain mereka masih kurang iman, mereka juga dianjurkan untuk berpuasa untuk memperoleh kekuatan ekstra. “Jenis ini tidak dapat diusir keuali dengan berdoa dan berpuasa” (Matius 17:21). 


Berdoa Dengan Akal Budi

Mengetahui tentang doa sesungguhnya tidak cukup untuk bisa melakukan komunikasi dengan Tuhan. Kita juga harus mengetahui cara berdoa.

Ada cara berdoa yang berlaku secara umum, namun sebaiknya kita mengetahui cara berdoa secara individu karena kita melakukan hubungan intim dan dinamis dengan Tuhan secara pribadi.

Apakah yang dimaksud dengan berdoa dengan akal budi? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus memahami terlebih dahulu apa itu berdoa, dan akal budi. Berdoa berarti melakukan komunikasi (berbicara) dengan Tuhan.

Akal budi merupakan perpaduan antara pikiran dan hati yang telah ditundukkan di bawah kuasa Roh. Berdoa dengan akal budi berarti berkomunikasi (berbicara) dengan Tuhan dengan menggunakan pikiran dan hati kita yang telah tunduk di bawah otoritas Roh.

Sesungguhnya, manusia bisa berdoa dengan tuntunan Roh Kudus, tetapi bisa juga berdoa dengan akal budi. Seperti dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 14:15: “Jadi, apakah yang harus kubuat?

Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”

Dalam proses kegiatan berdoa, ada dua hal yang selalu bekerja sama, yakni akal budi dan roh. Akal budi memberikan pengertian kepada kita sesuai dengan apa yang disampaikan oleh roh kita kepada akal budi kita setelah roh kita tersebut memperoleh pesan dari Tuhan.

Roh kita yang terhubung dengan hati kita berkomunikasi kepada Tuhan. Misalnya, bila kita mendengar suara Tuhan (membaca firman Tuhan), pikiran kitalah yang bisa memahaminya, lalu akal budi kita menyampaikan pemahaman tersebut kepada roh kita melalui hati, lalu roh kita menyampaikannya kepada Tuhan.

Sebagai contoh, kita mendengar (membaca) firman Tuhan: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).

Pikiran kita berusaha memahami firman Tuhan tersebut. Lalu disampaikan kepada roh kita melalui hati kita, lalu roh kita berkomunikasi dengan Tuhan, memberi respon bahwa kita mendengar ketukan-Nya di hati kita. Dan kita membuka pintu hati kita dan mempersilahkan Tuhan masuk dalam hidup kita, dan seterusnya.

Ketika kita melihat sebuah situasi atau kondisi di sekitar kita. Misalnya, kita melihat sesorang yang sedang sakit. Pikiran kita berusaha memahami keadaan dan kebutuhan orang tersebut. Lalu akal budi kita mengambil sikap berdoa. Mengkomunikasikannya kepada Tuhan melalui roh kita.

Roh manusia merupakan pusat komunikasi manusia dengan Tuhan. Seperti firman Tuhan katakan: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24).


Berdoa Dalam Roh

Apakah yang dimaksud berdoa di dalam Roh? Berdoa di dalam Roh berarti berserah diri kepada Tuhan, dan merelakan Roh Kudus memimpin kita dalam doa. Hingga empatpuluh lima tahun saya menjadi Kristen belum pernah rasanya berdoa dalam Roh.

Setelah saya lahir baru pada tahun 2007 saya semakin belajar mengenal Roh Kudus, dan berusaha berjalan dan bertindak di dalam Roh.

Berdasarkan kehidupan yang saya jalani saya yakin bahwa banyak orang Kristen yang tidak bisa berdoa di dalam Roh. Karena tidak mungkin seseorang bisa berdoa di dalam Roh jika ia belum mengenal dan memahami benar-benar apa Roh Kudus itu.

Dan bagaimana menjalani hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Berdoa di dalam Roh berarti berdoa mengikuti kehendak Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus dalam hati kita. kita harus bisa menyangkal diri kita.

Kita tidak boleh semata-mata mengikuti pikiran dan kehendak kita sendiri mengenai apa yang akan kita doakan. Kita harus fokus dan menunggu pimpinan Roh Kudus yang memberikan dalam hati kita apa yang akan kita doakan.

Dalam hal inilah kita perlu mencari hadirat Tuhan, diam dalam hadirat-Nya hingga Dia melalui Roh Kudus berbicara melalui hati kita tentang apa yang akan kita doakan.

Memahami Firman Tuhan merupakan faktor utama bagi setiap orang percaya agar mengetahui apa yang harus dilakukan yang sesuai dengan kehdnaknya. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus mengatakan: “dalam segala doa dan permohonan.

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus,” (Efesus 6:18).

Dalam nats tersebut jelas bahwa setiap orang percaya diperintahkan agar selain berdoa setiap saat, juga hrus berdoa dalam Roh. Kita perlu dan harus berdoa di dalam Roh. Mengapa?

Karena kita tidak tahu kehendak Tuhan. Dan Tuhan lebih tahu tentang kita dan segala keperluan kita. Jika kita berdoa dengan memanjatkan dalam doa kita apa yang kita kehendaki, apa yang kita pikirkan pada hal belum tentu hal itu menjadi kebaikan bagi kita. Maka pastilah Tuhan tidak akan mengindahkannya.

Tuhan menghendaki hidup kita baik dan berkenan di hadapan-Nya. Dengan demikian Ia selalu memberikan yang terbaik bagi kita sesuai kehendak-Nya. Yang baik menurut Dia, bukan menurut pikiran kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mencari kehendak Tuhan.

Kita hanya dapat mengetahui kehendak Tuhan melalui tuntunan Roh Kudus, dan melalui Firman Tuhan yang bisa kita peroleh dari Alkitab.

Apakah kegiatan doa anda telah mengubah hidup dan kehidupan anda? Bila jawaban anda secra jujur mengatakan ‘belum’, hal itu menunjukkan bahwa anda perlu belajar dan berdoa dalam Roh.

Kita sering kali menghabiskan waktu berdoa kepada kepada Tuhan dengan menyampaikan kepada Tuhan semua urusan dan persoalan pribadi kita. Mungkin saja hal itu tidak salah.

Setiap orang bisa saja dengan bebas menyampaikan keluhannya kepada Tuhan. Akan tetapi jika kita menyadari apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa sebalum kita meminta kepada-Nya, Dia telah mengetahui segala keperluan kita. Dia tahu persis segala persoalan kita.

Hal yang perlu kita lakukan adalah menyatakan kepada Tuhan kepercayaan kita kepada-Nya. Kesediaan hati kita untuk mendengarkan Dia tentang apa yang perlu kita lakukan untuk mencapai kehendak-Nya dalam hidup kita. kita hanya dapat mengetahui semuanya itu jika kita mau mendengarkan Dia berbicara kepada kita dalam Roh. Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk berdoa di dalam Roh.


Berdoa Firman

Apakah yang dimaksud dengan berdoa Firman? Berdoa Firman berarti mengutip Firman Tuhan dari Alkitab untuk dijadikan dasar doa kita. Firman Tuhan mengandung kehendak Tuhan, dan banyak mengandung janji-janji Tuhan yang disampaikan dan akan digenapi bagi umat-Nya.

Jika kita percaya bahwa Firman Tuhan adalah pernyataan Tuhan tentang kehendak-Nya dan janji-janji-Nya yang pasti akan digenapi bagi umat-Nya berarti kita pun harus percaya bahwa doa kita yang kita sampaikan dengan dasar Firman Tuhan pasti akan dikabulkan karena hal itu merupakan kehendak-Nya.

Dalam hal ini kita perlu mempelajari Firman Tuhan, memahami dan menghafalkannya serta mempercayainya sehingga kita bisa berdoa sesuai kata-kata dan kalimat Firman Tuhan tersebut.

Kita berdoa sembari mengatakan, “Ya Tuhan, Firman-Mu dalam (sebutkan judul kitab yang anda kutip) mengatakan (sebutkan yayat yang adan kutip), dan saya sungguh mempercayainya.”

Dengan cara ini, doa anda akan terarah karena berdasar pada Firman Tuhan, bukan pikiran atau kehendak kita sendiri. Dengan penuh percaya doa kita pasti dijawab oleh Tuhan karena hal itu merupakan kehendaknya bagi kita.

Bila anda atau seseorang yang anda kasihi mengalami sakit, sebut saja namanya si Mary, maka anda dapat mendoakannya dengan mengutip 1 Petrus 2:24: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”

Kita dapat berdoa dengan dasar ayat Firman Tuhan ini dengan mengatakan: “Ya Tuhan aku percaya akan Firman-Mu. Engkau sendiri telah memikul dosa Mary di dalam tubuhMu di kayu salib, supaya Mary, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Mu Mary telah sembuh. Dalam nama Tuhan, Yesus Kristus, Mary yang Engkau kasihi telah menerima kesembuhan. Amin.

Kita patut bersyukur kepada Allah atas Firman-Nya yang dikauruniakan kepada kita. Allah memberikan Firman-Nya kepada kita untuk menuntun kita dan memberi kita semangat yang menguatkan kita menjalani kehidupan kita hari demi hari. Firman Tuhan yang telah disediakan dalam Alkitab yang bisa kit baca dan pelajari telah disediakan Tuhan sebagai solusi atas segala persoalan yang kita hadapi, dan tuntunan bagi orang percaya dalam pengenalan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita.

Kita harus mempelajari dan menghafalkan Firman Tuhan sehingga kita akan dengan mudah menerapkannya dalam setiap saat diperlukan dalam hidup kita. bila kita menyadari bahwa Firman Tuhan adalah pedang Roh, salah satu senjata rohani utama kita yang dapat kita gunakan untuk melawan dan melumpuhkan musuh (iblis) yang selalu berusaha mengancam kita.

Setiap saat, musuh kita si iblis berusaha mengganggu dan mengancam kita dengan berbagai cara dan tipu muslihatnya. Si musuh bisa saja melontarkan gangguan atau ancaman berupa penyakit, kesukaran, kekawatiran, tekanan, ketakutan, keputus asaan, dan berbagai masalah lainnya.

Kita tidak bisa melawannya dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus melawannya dengan menggunakan senjata rohani kita, pedang Roh (firman Tuhan).

Kita harus memahami dan menghafalkannya sehingga kita dengan terampil bisa menggunakannya untuk mengalahkan musuh. Berdoa dengan firman Tuhan kita pasti bisa mengalahkan musuh dan mengatasi segala persoalan dalam hidup kita.
*****

Doa kami tulisan yang kami sajikan ini menjadi berkat bagi saudara.
Terima kasih, saudara telah membaca tulisan yang disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!